**SEHARUSNYA AKU TIDAK KE KUBURAN THAILAND GRAVEYARD404**
Udara Bangkok terasa menyesakkan, campuran aroma dupa dan kelembaban yang membuat kulitku merinding. Bukan merinding karena panas, tapi karena firasat buruk yang terus menghantui sejak membaca tentang Graveyard404. Aku seharusnya tidak menggubris video-video TikTok tentang kuburan itu. Aku seharusnya tidak terpancing rasa ingin tahu yang berbahaya.
Graveyard404. Sebuah nama yang terdengar seperti error dalam matriks, sebuah tempat yang hilang dari peta normal. Konon, kuburan ini adalah rumah bagi arwah-arwah yang gelisah, korban kecelakaan tragis, pembunuhan mengerikan, dan karma buruk yang menumpuk selama berabad-abad. Video-video itu menampilkan penampakan samar, bisikan lirih yang tidak bisa dijelaskan, dan rasa takut yang nyata di mata para pembuat konten.
Aku, seorang jurnalis yang mencari cerita unik, terjebak. Ego dan ambisiku mengalahkan akal sehat. Aku menyewa tuk-tuk dan memberikan alamat samar yang kutemukan di forum internet. Supir itu menatapku dengan tatapan aneh, menggelengkan kepala, dan bergumam sesuatu dalam bahasa Thai yang tidak kumengerti. Mungkin dia memperingatkanku. Mungkin dia mengutukku.
Perjalanan itu panjang dan menakutkan. Kami melewati jalanan yang semakin sepi, lampu jalan yang berkedip-kedip, dan suasana yang semakin berat. Akhirnya, tuk-tuk berhenti di depan gerbang besi berkarat yang menjulang tinggi, dihiasi simbol-simbol aneh yang tidak kukenali. Inilah Graveyard404.
Begitu aku melangkah masuk, hawa dingin langsung menyelimutiku. Aroma busuk yang menusuk hidung bercampur dengan bau tanah basah dan bunga melati yang layu. Batu-batu nisan berlumut berdiri miring, seolah-olah berbisik satu sama lain tentang rahasia yang mengerikan.
Aku mulai merekam dengan kamera ponselku, berusaha menangkap atmosfer yang mencekam. Tapi gambar-gambar itu tidak bisa menggambarkan perasaan sesak yang kurasakan di dada, atau suara-suara aneh yang berbisik di telingaku.
Aku berjalan lebih dalam, semakin jauh dari gerbang, semakin jauh dari kenyataan. Tiba-tiba, aku merasa ada yang mengawasi. Bukan hanya perasaan, tapi kehadiran yang nyata, sesuatu yang dingin dan jahat.
Bayangan-bayangan mulai bergerak di sekelilingku, menari-nari di antara nisan-nisan. Aku mendengar suara tangisan anak kecil, jeritan wanita, dan raungan mengerikan yang membuat bulu kudukku meremang.
Ketakutan melumpuhkanku. Aku ingin lari, tapi kakiku terasa berat seperti diikat. Aku berbalik dan melihat sosok pucat berdiri di belakangku. Matanya hitam legam, tanpa pupil, tanpa kehidupan. Senyumnya mengerikan, penuh dengan kebencian dan kesedihan.
Aku menjerit, membuang ponselku, dan berlari sekuat tenaga. Aku tidak tahu berapa lama aku berlari, tapi aku terus berlari, menghindari bayangan-bayangan, melarikan diri dari tatapan mengerikan itu.
Akhirnya, aku tersandung dan jatuh, terbaring di tanah yang dingin dan basah. Aku menoleh ke belakang dan melihat bayangan-bayangan itu mendekat, mengepungku. Aku menutup mata, menunggu akhir yang mengerikan.
Tapi kemudian, semuanya berhenti.
Aku membuka mata dan mendapati diriku terbaring di depan gerbang Graveyard404. Matahari mulai terbit, menghalau kegelapan dan ketakutan. Aku bangun dengan gemetar, mengambil ponselku yang hancur, dan berlari kembali ke tuk-tuk yang menungguku.
Aku tidak pernah kembali ke Graveyard404. Aku tidak pernah lagi menonton video-video TikTok tentang kuburan itu. Aku tidak pernah lagi mencari sensasi dengan mengunjungi tempat-tempat angker.
Pengalaman itu mengubahku. Aku belajar bahwa rasa ingin tahu bisa berbahaya, dan bahwa ada hal-hal yang lebih baik dibiarkan tersembunyi. Aku belajar bahwa Graveyard404 bukan hanya sekedar kuburan, tapi portal menuju kegelapan yang bisa menghancurkan jiwa.
Seharusnya aku tidak ke kuburan itu. Sungguh. Seharusnya tidak.
Comments