Di jantung lanskap Indonesia yang luas dan sering kali tidak memaafkan, terbentang kisah-kisah yang tak terhitung jumlahnya tentang keberanian, inovasi, dan terkadang, keputusasaan. Kisah-kisah ini diukir ke dalam tanah oleh para perintis, individu-individu yang berani mengukir jalan di hutan belantara, membangun komunitas dari ketiadaan, dan mengejar impian kemakmuran di negara yang kaya sumber daya tetapi sering kali kejam. Namun di antara kisah-kisah kesuksesan, ada pula kisah-kisah yang menggantung seperti awan badai, yang menggambarkan kesulitan yang tak tertahankan dan harga yang mengerikan yang kadang-kadang dituntut oleh perbatasan. Ini adalah kisah seorang perintis, sebuah kisah yang berputar di sekitar tempat yang secara lokal dikenal sebagai The Fracture, sebuah narasi yang begitu aneh dan mengganggu sehingga banyak orang memilih untuk membisikkannya, bukan mengucapkannya dengan lantang.
Nama perintis itu adalah Raden Surya, seorang pria yang penuh dengan visi dan tekad yang tak tergoyahkan. Pada awal abad ke-20, dengan izin dari pemerintahan kolonial, Surya berangkat untuk mengklaim sebidang tanah terpencil di bagian Kalimantan yang belum dipetakan. Ia membayangkan sebuah perkebunan, sebuah masyarakat di mana pekerja dan alam hidup berdampingan secara harmonis, sebuah model keberlanjutan yang dapat ditiru oleh orang lain. Ia merekrut sekelompok kecil pekerja, para pemimpi dan pencari nafkah seperti dirinya, dan mereka melakukan perjalanan jauh ke dalam hutan, di mana pohon-pohon tua menjulang tinggi dan sungai-sungai berliku seperti ular perak yang berkilauan.
Awalnya, harapan mereka tinggi. Mereka membersihkan tanah, menanam bibit, dan membangun rumah-rumah sederhana. Surya adalah seorang pemimpin yang keras tetapi adil, menanamkan rasa persatuan dan tujuan di antara para pekerjanya. Mereka menghadapi kesulitan bersama, mengatasi rintangan, dan untuk sementara waktu, sepertinya mimpi mereka akan menjadi kenyataan.
Namun hutan adalah tempat yang keras, dan ia menyimpan rahasia yang sebaiknya dibiarkan sendiri. Seiring waktu, serangkaian peristiwa aneh dan meresahkan mulai terjadi. Alat-alat akan menghilang, dan ditemukan rusak dan dikubur di dalam tanah. Ternak akan mati, tanpa tanda-tanda penyakit atau serangan yang jelas. Yang paling mengganggu dari semuanya adalah bisikan-bisikan di antara para pekerja, cerita-cerita tentang penampakan, cahaya yang aneh, dan sosok-sosok di pinggiran hutan yang bergerak terlalu cepat untuk dilihat.
Surya awalnya menolak laporan-laporan ini sebagai takhayul, produk dari pikiran yang lelah dan hidup yang keras. Ia adalah seorang pria yang berpengetahuan dan praktis, dan ia tidak memiliki kesabaran untuk cerita hantu. Tetapi seiring dengan semakin seringnya insiden-insiden tersebut, dan seiring dengan semakin menakutkannya para pekerja, bahkan iman Surya yang tabah pun mulai retak.
Inti dari masalah ini tampaknya berpusat pada sebuah area tertentu dari tanah perkebunan, sebuah jurang yang dalam dan tidak wajar di hutan yang dikenal sebagai The Fracture. Jurang itu sudah ada sejak mereka tiba, tetapi Surya pada awalnya mengabaikannya sebagai formasi geografis biasa. Para pekerja, bagaimanapun, percaya bahwa tempat itu terkutuk, bahwa itu adalah rumah bagi roh-roh jahat yang marah oleh kehadiran mereka.
Melawan penilaian yang lebih baik, Surya memutuskan untuk menyelidiki The Fracture sendiri. Ia menuruni lereng yang curam, kakinya terpeleset di tanah yang licin dan longgar. Udara menjadi pengap dan dingin, dan keheningan yang berat menggantung di sana, seolah-olah hutan menahan napas. Di dasar jurang, Surya menemukan sesuatu yang membuatnya merinding.
Itu adalah serangkaian ukiran aneh, diukir ke permukaan batu. Ukiran-ukiran itu tidak menyerupai tulisan yang pernah ia lihat sebelumnya, dan mereka mengeluarkan rasa sakit yang mengganggu dan aneh. Seolah-olah ia sedang melihat sekilas ke dalam pikiran yang sakit, ke dalam mimpi buruk yang dilukis menjadi kenyataan. Saat ia mempelajari ukiran-ukiran itu, Surya merasakan rasa sakit kepala yang menusuk, dan suara berdengung mulai berdering di telinganya. Ia tiba-tiba dilanda rasa takut yang luar biasa, rasa takut yang begitu murni dan kejam sehingga mengancam akan membuatnya gila.
Ia bergegas keluar dari jurang, memanjat keluar dengan tangan dan lututnya, keringat membasahi pakaiannya. Ketika ia mencapai puncak, ia menoleh ke belakang untuk melihat The Fracture, dan untuk sesaat, ia bersumpah bahwa ia melihat sesuatu bergerak di kedalamannya. Sebuah bayangan, sebuah sosok, sesuatu yang tidak seharusnya ada di sana.
Setelah pengalaman itu, Surya tidak pernah sama lagi. Ia menjadi penyendiri dan pemarah, dihantui oleh apa yang telah ia lihat di The Fracture. Ia membenamkan dirinya dalam pekerjaan, mendorong dirinya dan para pekerjanya lebih keras dari sebelumnya, seolah-olah dengan kerja keras ia dapat mengusir setan-setan yang mengejarnya.
Tetapi sia-sia. Kejadian-kejadian aneh itu semakin intensif, dan para pekerja, yang telah didorong hingga batas kemampuan mereka, mulai desersi. Surya menjadi putus asa, dan dalam keputusasaannya, ia membuat serangkaian keputusan yang akan menyegel nasibnya dan perkebunannya.
Percaya bahwa The Fracture adalah sumber dari semua kesialan mereka, Surya memutuskan untuk menghancurkannya. Ia memerintahkan para pekerjanya untuk membakar jurang itu, untuk menumpahkan kayu dan minyak ke dalamnya dan menyalakannya, dengan harapan api akan memurnikan tanah dan mengusir roh-roh jahat.
Para pekerja memprotes. Mereka takut akan konsekuensi dari menodai tempat suci seperti itu. Tetapi Surya bertekad, dan ia mengancam akan membunuh siapa pun yang menentangnya. Digerakkan oleh ketakutan dan rasa hormat yang tersisa untuk pemimpin mereka yang dulu mulia, para pekerja mematuhi.
Api melahap The Fracture, mengirimkan gumpalan asap hitam ke langit. Panasnya sangat hebat, dan suara keretakan dan ledakan itu memekakkan telinga. Surya berdiri di dekatnya, matanya menyala karena demam yang fanatik, menyaksikan neraka yang ia lepaskan.
Saat api membakar, sesuatu yang aneh terjadi. Angin tiba-tiba bergeser, dan kobaran api berbalik ke arah perkebunan. Api menyebar dengan cepat, melahap rumah-rumah, gudang-gudang, dan ladang-ladang. Para pekerja melarikan diri untuk hidup mereka, melarikan diri dari amukan yang telah mereka bantu ciptakan.
Surya tetap berdiri, terpaku di tempatnya, matanya penuh dengan kengerian. Ia menyadari bahwa ia telah membuat kesalahan yang mengerikan, bahwa ia telah melepaskan kekuatan yang jauh lebih besar dari yang pernah ia bayangkan. Saat api menelannya, Surya mengeluarkan jeritan putus asa, sebuah jeritan yang menurut legenda masih dapat didengar di malam yang sunyi oleh mereka yang cukup malang untuk tersesat di dekat The Fracture.
Perkebunan itu hancur, dan Surya hilang. Beberapa mengatakan bahwa ia dimakan oleh api, sementara yang lain percaya bahwa ia melarikan diri ke hutan, selamanya dihantui oleh tindakan-tindakannya. Apa pun kebenarannya, kisah Raden Surya dan The Fracture menjadi legenda peringatan, sebuah bukti bahaya dari kesombongan, kekuatan dari alam yang tidak terduga, dan kesulitan yang mengerikan yang kadang-kadang dituntut oleh perbatasan Indonesia. Kisah itu adalah pengingat yang tidak menyenangkan bahwa beberapa tempat sebaiknya dibiarkan sendiri, dan beberapa rahasia sebaiknya tidak diungkapkan.
Comments