**Ishaya Pikun Kontrakan Rempong: Episode 986 – Saat Semut Ikut Demo Kenaikan Harga Singkong!**
Jangan kaget, pembaca setia! Episode 986 Ishaya Pikun Kontrakan Rempong kali ini sungguh di luar nalar. Bayangkan, di tengah hiruk pikuk kontrakan yang lebih mirip kapal pecah daripada rumah tinggal, tiba-tiba muncul… demo! Bukan demo mahasiswa soal kebijakan kampus, bukan demo emak-emak soal harga minyak goreng, tapi DEMO SEMUT!
Ya, semut! Mereka berbaris rapi (seperti semut, tentu saja), membawa spanduk dari sobekan kardus bertuliskan “Turunkan Harga Singkong!” dan “Singkong Bukan Hanya untuk Rakyat Elit!” Ishaya, yang biasanya lebih sibuk mencari kancing baju yang hilang daripada mengurusi masalah sosial, mendadak jadi juru runding.
“Lho, lho, lho, ini ada apa toh, semut-semut kok demo segala?” tanya Ishaya, dengan tampang bingung campur penasaran.
Ternyata, biang keladinya adalah Mak Bedah, sang ratu kontrakan yang terkenal pelitnya. Mak Bedah, demi menghemat pengeluaran, mengganti menu sarapan harian anak kontrakan dari nasi uduk ke singkong rebus. Para semut, yang selama ini menikmati remah-remah nasi uduk yang jatuh, merasa terancam eksistensinya. Singkong? Terlalu keras untuk digigit!
Maka dimulailah perundingan alot antara Ishaya, yang bertindak sebagai mediator, dan para semut yang diwakili oleh Semut Rangrang, ketua demo yang garang. Mak Bedah, tentu saja, menolak mentah-mentah tuntutan para semut. Baginya, singkong lebih murah dan lebih sehat (walaupun anak kontrakan banyak yang terkena sembelit).
Di tengah kebuntuan perundingan, muncul ide brilian dari Jono, anak kontrakan yang kuliah di jurusan peternakan. Jono menyarankan agar Mak Bedah membuat singkong goreng! Singkong goreng yang renyah, gurih, dan mudah digigit. Ide yang sederhana, namun mampu meredakan ketegangan.
Mak Bedah, setelah mempertimbangkan dengan matang (dan menghitung keuntungan yang bisa didapat dari jualan singkong goreng), akhirnya menyetujui usulan Jono. Para semut bersorak riang, demo pun bubar dengan tertib.
Episode 986 Ishaya Pikun Kontrakan Rempong ini bukan hanya sekadar tontonan lucu dan absurd. Ada pesan moral yang bisa kita petik: bahkan makhluk terkecil pun punya hak untuk bersuara. Dan terkadang, solusi terbaik datang dari ide yang paling sederhana. Selain itu, episode ini juga mengingatkan kita untuk selalu mempertimbangkan dampaknya bagi lingkungan sekitar sebelum mengambil keputusan, apalagi kalau keputusannya berkaitan dengan… singkong!
Jadi, jangan lewatkan episode-episode selanjutnya dari Ishaya Pikun Kontrakan Rempong. Siapa tahu, di episode berikutnya, giliran kecoa yang demo minta kenaikan upah lembur! Hanya di [Sebutkan Saluran atau Platform Penayangan]!
Comments